Pepe: Dikagumi, Ditakuti, Sekaligus Dibenci Lawan
tipsbetcash.com – Nama Pepe, pemain belakang tim nasional Portugal, mungkin tak disenangi semua pihak dan tak jarang membuat kesal lawan-lawannya. Pemain bernama asli Képler Laveran Lima Ferreira itu dikenal sebagai pemain dengan wajah tidak bersahabat. Seringainya sering kali memancing emosi lawan-lawannya di lapangan hijau, pun para penikmat sepakbola di tribun dan layar kaca.
Belum lagi jika bebicara soal perilakunya yang terkadang kasar di atas lapangan. Tak bisa dimungkiri, ketangguhannya sebagai palang pertahanan juga terkadang disertai dengan tekel keras yang berujung pada kartu kuning.
Keagresifan Pepe kala bermain tergambar dari statistik penampilannya di Liga Spanyol musim lalu. Selama turun membela Madrid di musim 2015/2016 lalu, Pepe telah melakukan 33 jegalan kepada pihak lawan yang berujung pada 23 pelanggaran.
Pepe juga menjadi salah satu pengoleksi kartu kuning terbanyak di Madrid tahun lalu. Walau hanya tampil 21 kali, ia mengantongi lima kartu kuning semusim lalu.
Jumlah kartu tersebut mengalahkan raihan Raphael Varane, rekannya di lini belakang Madrid yang bermain lebih banyak laga namun hanya mendapat empat kartu kuning dalam semusim.
Namun bukan hanya pelanggaran kerasnya yang membuat para pemain depan lawan menakuti Pepe. Kemampuan pria plontos dalam mengemban tugas sebagai penjaga lini pertahanan juga membuatnya ditakuti.
Walau sudah berusia 33 tahun, Pepe masih tetap menyandang status sebagai bek tengah yang tangguh dan berbahaya. Ia seakan mampu memenuhi segala syarat yang harus dimiliki seorang bek tengah; agresif, kuat, dan teliti.
Dengan tinggi badan mencapai 188 sentimeter, Pepe sering menyulitkan aliran-aliran bola atas dari pemain lawan. Berat badannya yang mencapai 81 kilogram juga menjadi sebab tak mudahnya Pepe dijatuhkan ketika mengejar atau menggiring bola.
Kemampuan tinggi Pepe tak hanya di sektor pertahanan. Eks pemain FC Porto itu harus diwaspadai karena kerap mengalirkan umpan berbahaya yang berujung pada gol.
Pembuktian Bersama Portugal
Vitalnya keberadaan Pepe tak hanya berlaku di Madrid. Pemain keturunan Brasil itu juga tangguh dan selalu dipercaya menjadi pilihan utama tiap timnas Portugal berlaga.
Dalam waktu singkat, Pepe mampu membuktikan pada bahwa ia tak salah telah memilih untuk membela Portugal ketimbang Brasil.
Sebelum membela Portugal, Pepe memang sempat dikabarkan akan membela timnas Brasil. Ia bahkan pernah dihubungi pelatih Brasil pada 2006, Dunga, untuk bergabung dengan Tim Samba.
Walau kesempatan membela Brasil terbuka, Pepe bergeming. Ia memilih tetap menunggu kesempatan membela Portugal di kancah sepakbola senior.
Penantian Pepe tak memakan waktu lama. Setahun sejak pinangan Brasil ditolak, Pepe mendapat panggilan pertamanya berlaga bagi Portugal di babak kualifikasi Piala Dunia 2008 kala menghadapi Polandia.
Sayang, saat itu Pepe urung tampil karena menderita cedera jelang pertandingan Portugal melawan Polandia. Namun, pemain binaan Maritimo itu akhirnya berlaga empat bulan setelahnya kala menghadapi Finlandia.
Sejak membela Portugal pertama kalinya itu Pepe akhirnya mengokohkan posisinya sebagai pemain utamaSeleccao — julukan timnas Portugal.
Ia memang belum pernah memberi gelar juara bagi Portugal. Raihan tertingginya bersama timnas hanya mencapai babak semifinal Piala Eropa 2012.
Walau begitu, pemain yang sempat membuat kontroversi pada Piala Dunia 2010 itu tetap percaya Portugal dapat menjadi juara di Piala Eropa tahun ini.
“Kami memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Banyak pemain (Portugal) memenangkan trofi di level klub. Saya dan Ronaldo memenangkan Liga Champions dengan Real Madrid dan bagus memiliki mental juara seperti ini.”
“Kami bermimpi bisa mengangkat trofi. kami memiliki skuat yang seimbang antara para pemain muda dan tua. Saya telah berusia 33 tahun, tapi tak pernah kehilangan ambisi untuk berkontribusi lebih bagi Portugal,” ujar Pepe seperti dikutip dari Daily Mail.
Kesempatan Pepe membuktikan kualitas diri bersama Portugal akan menghadapi rintangan di semifinal Piala Eropa 2016. Finalis Piala Eropa 2004 itu harus mengahadapi Wales terlebih dahulu sebelum beranjak ke Stade de France, Saint-Denis, untuk bermain di laga final pada Minggu (10/7) waktu setempat