Pelatih Malaysia Sebut Suporter Indonesia yang Terbaik di Asia Tenggara
Suporter Indonesia Disebut Sebagai yang Terbaik di Asia Tenggara
Pelatih asal Malaysia Raja Isa, buka suara soal animo suporter di Indonesia, khususnya pendukung Persib. Menurutnya, loyalitas suporter negeri ini terbaik di Asia Tenggara.
Boleh dibilang Thailand selalu merajai sepak bola di Asia Tenggara. Atau kancah sepak bola Jepang yang sudah diakui dalam lingkup lebih luas lagi. Namun soal suporter, dia bilang, tak ada yang bisa menandingi Indonesia.
“Suporter Sepak bola Indonesia kalau di tatar Asia itu yang terbaik. Liga Thailand mau sehebat apapun enggak bisa mengalahkan suporter di Indonesia,” kata Raja, di Store Viking Original Merchandise (VOM), Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jumat (10/3/2017).
Kultur sepak bola di negeri ini sudah terjalin dengan baik. Banyak tim yang memang punya sejarah panjang. Misalnya Persib yang didirikan pada tahun 1933. Karena itu tak aneh bilamana bobotoh ada di mana-mana.
“Apa yang harus perbaikan dari kondisi fans yang sedang ramai itu jangan sampai industri tidak ada penontonnya,” katanya.
Raja Isa mengawali kariernya sebagai pelatih di Indonesia saat menahkodai Persipura Jayapura pada 2007-2008 silam. Setelah itu, dia merapat ke PSM Makassar untuk satu musim. Tahun 2009-2010 dia direkrut Persiram Raja Ampat. Dan musim berikutnya ke PSMS Medan lalu menjadi pelatih di Persijap Jepara. Kini dia kembali melajutkan karier kepelatihannya bersama klub Liga 2, Persekam Metro FC.
Selama 11 tahun di Indonesia, Raja juga memperhatikan betul industri yang dibangun suporter, tak terkecuali oleh bobotoh. Dimana tidak melulu mendukung tim kebanggannya bertanding. Ada bisnis kreatif yang dilakukan bobotoh seperti menjual marchandise atau jersey Persib. Bahkan beberapa suporter mampu membuka lapangan kerja.
“Itu perkembangan apalagi di Indonesia itu pengangguran masih tinggi, dengan adanya sepak bola kan tukang baju dapat uang. Industri jalan secara ekonomi itu terbantu entah itu dia sablon (baju) Persib atau apapaun tentang Persib,” tuturnya.
Namun dari sudut infrastruktur, dia katakan, memang belum sepenuhnya maksimal. Dia membandingkan dengan negrinya di Malaysia, kondisi lapangan di Indonesia masih jauh di bawah.
“Malaysia lebih baik infrastruktur lapangannya, itu juga pelatih-pelatih di sana masih ngomel katanya belum pas,” ucapnya.
Padahal, dia melanjutkan, kondisi lapangan yang kurang mulus adalah salah satu indikasi pemain mengalami cedera. Maka tak heran jika angka cedera pemain di Indonesia cukup tinggi, mengingat tak semua lapangan memiliki kondisi mumpuni.
“Kalau kasus kecedaraan di Indonesia itu tinggi karena lapangan kurang bagus untuk latihan dan sebagainya, tapi itu tidak bisa dijadikan alasan oleh pelatih. Tapi secara profesional indikasi kecedaran-kecederaan dari situ,” paparnya.
Melihat Persib yang memiliki sejarah panjang dan profesional namun belum memiliki lapangan pribadi, dia sampaikan, memang perlu ada dukungan dari pemerintah. Dan pelaku sepak bola harus bersabar, karena butuh waktu yang tak singkat agar maju di segala aspek.
“Pemerintah di Jabar maupun Kota Bandung harus mendukung dari semua aspek infrastruktur, fasilitas dan bukan hanya keuangan saja. Karena Persib adalah budayanya. Itu yang harus dijaga,” pungkas dia.