Madrid adalah centrum sepak sepak bola Eropa. Setidaknya dalam empat musim terakhir, rekam jejak Real Madrid ataupun Atletico Madrid di level tertinggi sepak bola Eropa Liga Champions sulit disaingi klub-klub kota lain di dunia.
Tiga musim belakangan, malah tersaji Derbi Madrileno di partai puncak perebutan trofi Si Kuping Besar. Yakni 2013-2014 dan 2015-2016. Dan yang menyesakkan buat fans Atleti, tim mereka senantiasa menjadi pecundang. Pada musim 2016-2017 ini, Madrid menempatkan dua dutanya di babak semifinal Liga Champions. Real menyingkirkan raksasa Jerman Bayern Muenchen dengan agregat 6-3.
Sementara Atleti mengakhiri perjalanan tim yang musim lalu membuat kisah Cinderella di Premier League, Leicester City. Atleti menang berkat agregat 2-1 atas Leicester. Kemarin (19/4) di Stadion Santiago Bernabeu, dalam second leg perempat final Liga Champions, Real secara dramatis mengalahkan Bayern dengan skor 4-2 melalui babak tambahan waktu.
Bintang Real Cristiano Ronaldo membuat hattrick ke gawang Manuel Neuer, masing-masing pada menit ke-76, 105′ dan 110′. Satu gol Real lainnya dihasilkan Marco Asensio (112′).
Bayern mencetak dua gol lewat penalti Robert Lewandowski (53′) dan bunuh diri kapten Real Sergio Ramos (78′). Gol ke gawang sendiri oleh Ramos tersebut membikin cemar penampilan ke-100 bapak dua anak itu di Liga Champions.
Sementara Atleti di King Power Stadium mencetak gol melalui Saul Niguez (26′). Tuan rumah Leicester menghindarkan malu lewat Jamie Vardy (61′). Mundiario kemarin (19/4) menulis, Atleti merupakan tim dengan lesatan tercepat di Eropa saat ini. Sebelum hadirnya Diego Simeone pada 23 Desember 2011, Los Colchoneros, julukan Atleti, bukan satu ancaman besar bagi Real. Jangankan bermimpi juara, bisa jadi kekuatan alternatif Spanyol di luar Barcelona maupun Real butuh kerja ekstra keras.
Adanya Simeone mengubah wajah sepak bola Madrid menjadi lebih dinamis. Real yang identik dengan pelatih kualitas wahid, pemain bintang berbanderol selangit disaingi Atleti. Dengan pemain yang level ketenaran namanya di bawah Real kemudian memunculkan sepak bola spartan ala Simeone sebanyak lima piala sudah dihadirkan di lemarin Atleti.
Dengan adanya dua kekuatan sekota tersisa di Liga Champions ini, menarik untuk ditunggu kapan Derbi Madrileno akan tersaji. Apakah di empat besar atau malah di final seperti edisi 2013-2014 dan 2015-2016. Jawaban itu tersaji saat drawing semifinal Liga Champions besok (21/4).
Kalau Atleti menunjukkan mereka bisa menembus semifinal dua tahun beruntun, maka pencapaian Real jauh lebih sadis. Untuk tujuh musim berturut atau sejak 2010-2011, Los Merengues, julukan Real, selalu menembus semifinal.
Dan patut dicatat, salah satu faktor sukses Real adalah keberadaan Cristiano Ronaldo. Ronaldo yang bergabung dengan Real pada 2009-2010 lalu, hanya sekali gagal mengantarkan Real ke semifinal pada musim perdananya.
Faktor Ronaldo ini memang diakui entrenador Real Zinedine Zidane sebagai elemen penting tim. Selain pemain 32 tahun itu kini punya torehan 103 gol di Liga Champions berkat tambahan hattrick kemarin, maka pemain asal Madeira itu membikin gol di masa-masa krusial.
“Ronaldo melakukan apa yang ada di levelnya dan selalu melangkah ke depan pada momen-momen kunci,” puji Zidane. Dengan gol kemarin, kans Ronaldo yang kini mengkoleksi tujuh gol mengejar torehan gol Lionel Messi di Liga Champions yakni 11 gol sangat terbuka.
Dengan apa yang sudah dilakukan Ronaldo sejauh ini, Zidane meminta Madridista tidak mengolok-olok juga meragukan kemampuan Ronaldo lagi.
Sama halnya dengan sang pelatih, Ronaldo meminta Madridista menghilangkan sikap tak respek padanya. Sebab ayah satu anak itu selalu berjuang habis-habisan di lapangan untuk Real.
“Saya hanya meminta kalau (publik) Bernabeu jangan menyempritkan peluit kepada saya. Saya sudah berusaha memberikan semua yang terbaik setiap laga dan meski saya tak membikin gol, saya selalu berjuang membantu tim,” ucap Ronaldo.
Soal siapa calon lawan yang ingin dihadapinya untuk babak semifinal nanti Ronaldo tak memilih siapapun. Kalau Barca lolos, maka akan ada tiga wakil Spanyol di semifinal tahun ini.
“Kami masih terlalu jauh untuk memenangi Liga Champions, akan tetapi kami akan berusaha yang terbaik. Terlalu dini bicara juara namun saya berharap untuk bisa menang lagi,” ujarnya.