Klub Bola Liga Premier Inggris Menjerit Karena Brexit

Britain Exit (Brexit) berdampak kuat di segala aspek, termasuk sepakbola. ‘Eksklusivitas’ Inggris Raya nyatanya tidak lantas membuat segala hal menjadi lebih mudah. Kini, tidak hanya sulit membeli pemain non-Uni Eropa, klub-klub Liga Primer Inggris juga terancam kesulitan mendaratkan pemain dari Eropa atau Uni Eropa (EU).

Salah satu akibat dari berlakunya Brexit adalah masalah kontrol imigrasi. Ketatnya keimigrasian, baik dari Eropa maupun non-Eropa berimbas pada perkara baru. Liga Primer Inggris yang diisi oleh pemain dari segala penjuru Eropa akan dipersulit proses birokrasi keimigrasian yang menyita waktu dan biaya.

Menteri Keuangan, Philip Hammond sebelumnya menjanjikan bahwa ‘pemain dengan dengan skill dan gaji tinggi’ akan dipermudah jalannya menuju Liga Inggris. Tapi tetap, imbas Brexit membuat sebagian pemilik klub resah.

Untuk itu, beberapa pemilik klub sudah mengutarakan niatnya untuk bersatu melawan politik Brexit yang merugikan sektor olahraga. David Gold (West Ham United) dan Peter Coates (Stoke City) adalah dua sosok vokal yang merasa Brexit sangat merugikan negara.

Sebagai pebisnis, Gold menilai Brexit pada akirnya malah membuat nilai tukar poundsterling dengan euro semakin terpaut jauh. Alhasil, dengan proses jual beli pemain menggunakan mata uang euro, harga pemain justru melonjak tajam.

“Liga Inggris adalah yang terbaik di dunia. Ini adalah pasar yang baik bagi Britania Raya dan Inggris. Saya tahu ada orang-orang yang ingin memperkaya diri sendiri dalam lingkup kecil (Inggris saja),” katanya dalam sebuah kesempatan di Premier League Club’s Meeting di London.

“Mengapa orang-orang malah ingin mengucilkan negera ini? Mengapa ingin ada perubahan semacam ini? Liga Primer Inggris telah mendunia, saya tak melihat ada upaya untuk mempertahankannya,” katanya lagi.

Di tempat yang sama, Coates lebih detail dan terbuka soal harapan serta keluhannya. Merasa tak mampu ikut campur dalam politik dalam negeri, ia hanya berharap atlet olahraga, terutama pesepakbola, dikecualikan dalam hal ini.

“Kami ingin pesepakbola mendapat pengecualian. Kami hanya bisa melihat dan menunggu. Mereka (pemerintah) tak tahu apa yang akan terjadi (imbasnya). Saya harap sepakbola bisa menemukan jalannya sendiri saat hal terburuk benar-benar terjadi. Waktu akan segera menjawab,” jelasnya seperti dikutip dari laman Daily Mail.

Exit mobile version