Kisah Perjuangan Hidup Pemain Liverpool Sadio Mane Akan Jadi Film Dokumenter
Jakarta – Perjalanan hidup Sadio Mane yang mengharukan diangkat dalam sebuah film dokumenter. Kematian ayahnya melecut semangat Mane untuk menjadi pesepakbola sukses dan mendirikan rumah sakit di kampung halamannya, Bambali, Senegal.
Mane ditinggal sang ayah yang meninggal karena sakit saat masih berusia 7 tahun. Dia mengatakan sempat tak percaya ayahnya meninggal.
“Saat itu kami sedang bermain di lapangan ketika sepupu saya mendekat dan kemudiang mengaatakan,’Sadio ayahmu telah meninggal,’ dan saya jawab,’Benarkah? Dia becanda…’ Saya sungguh tak mempercayainya,” kata Mane dalam film berjudul “Sadio Mane Made In Senegal” tersebut.
Dia menyatakan bahwa sang ayah memang telah cukup lama sakit. Namun karena ketiadaan biaya dan tiadanya rumah sakit di Bambali, keluarga Mane hanya memberikan obat-obatan tradisional.
Mane menyatakan bahwa kejadian itu membuat dirinya sangat terpukul. Bagaimana tidak, sang ayah selalu menyatakan bahwa Mane membuat dirinya sangat bangga. Apalagi kejadian itu terjadi saat dia masih kecil dan akhirnya membuat dia harus membantu ibunya untuk mencari nafkah.
Sejak saat itu, Mane pun bercita-cita membangun sebuah rumah sakit di kampung halamannya. Kini, dia pun telah berhasil mewujudkan cita-citanya plus membangun sebuah sekolah tahun lalu.
“Saya ingat saudara perempuan saya juga lahir di rumah karena tak ada rumah sakit di kampung kami. Itu merupakan situasi yang sangat menyedihkan bagi semua orang. Karena itu saya ingin membangun rumah sakit untuk memberikan harapan kepada masyarakat,” kata dia.
Meskipun demikian, perjalanan Mane untuk membangun rumah sakit tidaklah mudah. Dia menyatakan bahwa cita-citanya menjadi seorang pesepakbola sukses terhalang restu dari keluarganya.
Dia pun akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumahnya pada usia 15 tahun dengan bantuan temannya, Luc Djiboune.
“Itu sangat sulit karena tak ada satu pun yang mendukung cita-cita saya. Tetapi saya tak pernah berhenti bermimpi. Butuh keberanian yang sangat besar untuk meninggalkan keluarga saya di kampung dan pergi ke Dakat, tetapi saya tahu bahwa saya akan sukses,” kata dia.
“Setelah itu, keluarga saya mulai menganggap cita-cita saya lebih serius dan tahu bahwa saya tak ingin melakukan hal lainnya. Mereka tahu mereka tak memiliki pilihan lain dan akhirnya mereka membantu saya.”
Kabut dari rumah, Mane bergabung di Akademi Generation Foot di Dakar, Ibu Kota Senegal. Dia langsung menarik minat pelatih akademi itu, Mady Toure, setelah mencetak empat gol dalam laga uji coba. Pada 2011, dia bergabung bersama akademi klub Prancis, Metz.
Pada 2012, Mane mendapat kesempatan membela Timnas Senegal U-23 di Olimpiade London. Di sana dia tampil mempesona dan membawa timnya melaju ke babak perempat final. Penampilannya itu membuat klub Austria, Red Star Salzburg, merekrutnya.
Pertemuan Mane dengan Manajer Liverpool Jurgen Klopp untuk pertama kalinya juga diceritakan dalam film itu. Klopp nyaris merekrut Mane ketika masih menangani Borussia Dortmund pada 2014. Namun saat itu Klopp salah karena menilai Mane dari topi baseball yang dia gunakan dan akhirnya membatalkan niatnya.
“Dia (Klopp) mengatakan saya seperti seorang penyanyi rap,” kata Mane mengingat perjumpaannya dengan Klopp saat itu. “Tetapi saya kira saya telah memberikan yang terbaik yang saya bisa. Jadi, apa yang bisa saya katakan?”
“Itu adalah bagian kehidupan yang anda tak pernah tahu bagaimana anda akan terhubung dengan orang lain. Tetapi saya kira dia salah saat itu. Itu juga menjadi pengalaman berharga bagi saya. Saya tahu saya harus menunjukkan yang lebih baik lagi hingga kami bertemu lagi.”
Kesalahan Klopp terbukti. Pada musim 2015-2016, Mane menjadi sosok menakutkan bagi Liverpool yang saat itu baru ditangani Klopp. Mane mencetak empat gol dalam tiga pertemuan dengan Liverpool dan pada musim berikutnya Klopp membelinya dari Southampton.
Klopp pun ikut berbicara dalam film dokumenter Mane tersebut. Pria asal Jerman itu menyatakan bahwa kekuatan spesial Mane adalah karena dia tak pernah kehilangan keyakinan.
Dia mencontohkan pada laga semifinal Liga Champions kontra Barcelona musim lalu. Pada laga kedua, Liverpool dibebani harus menang dengan empat gol karena kalah 0-3 pada laga pertama.
Beban tersebut semakin berat karena mereka harus bermain tanpa dua penyerang terbaiknya, Mohamed Salah dan Roberto Firmino. Menurut Klopp, timnya bisa menang 4-0 karena Mane terus menyuntikkan rasa optimisime tinggi kepada rekan-rekannya.
“Apa yang membuat dia spesial adalah karena dia tak pernah berhenti untuk percaya,” kata Klopp. “Dalam pertemuan sebelum laga (kontra Barcelona) dia sangat yakin kami bisa melakukannya meskipun kami kehilangan dua pemain terbaik di dunia. Dia menyemangati semua pemain untuk memberikan semua yang mereka bisa dan mencoba melepaskan tekanan pada kami.”
Gegap gempita keberhasilan Mane membawa Liverpool meraih gelar Liga Champions musim lalu pun tergambar dalam film itu. Mane yang sempat kembali ke kampung halamannya disambut bak raja oleh para pendukungnya di sana.
Dia pun sempat meresmikan sekolah yang dia dirikan di sana dan meminta anak-anak di kampung itu untuk mendahulukan sekolah.
“Jika ketika saya kecil adan sekolah di sana, mungkin saya akan lebih banyak belajar. Tetapi saya tinggal di sebuah desa. Jadi, semua anak ingin bermain bola di sana dan tak mau pergi ke sekolah lagi,” kata Mane.
“Sekarang mereka ingin menjadi pesepakbola seperti saya. Tetapi saya selalu mengatakan agar mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan pergi ke sekolah. Tentu saja mereka boleh terus bermain sepak bola tetapi mereka akan lebih sukses jika mereka melakukan keduanya. Sekarang semuanya tidak seperti saat saya masih kecil karena saat itu sangat sulit di sana.”
Kini Sadio Mane pun diambang kesuksesan lainnya. Dia akan bisa mengantarkan Liverpool untuk mengakhiri puasa gelar juara Liga Inggris musim ini jika kompetisi kembali digulirkan.