Jakarta – Akademi sepakbola Indonesia, yakni ASIOP mengakuisisi klub Spanyol C.D Polillas Ceuta. Itu diumumkan di Gedung Graha BIP, Jakarta, Rabu (8/7/2020).
Akuisisi ini dilakukan lewat Batavia Sports Group (BSG) yang merupakan kolaborasi antara ASIOP dan Batavia Pictures. Langkah ini diharapkan bisa menjadi jembatan pemain Indonesia ke Eropa.
Fokus pengelolaan BSG nantinya adalah mengembangkan bakat pemain muda Indonesia. Kebetulan, Polillas Ceuta bertanding di Division de Honor Juvenil de Futbol yang merupakan kompetisi kasta tertinggi U-19 di Spanyol.
BSG pun menyiapkan beasiswa kepada pemain-pemain berbakat di Indonesia untuk ikut merasakan latihan bahkan hingga bergabung ke Polillas Ceuta. Rencana tahun ini, sebanyak 2-4 pemain Indonesia akan diterbangkan ke sana.
“Alhamdulillah berkat dukungan semua pihak, BSG berhasil mengambil alih satu klub di Spanyol berikut akademinya. Ini merupakan mimpi dengan semangat nasionalisme yang
direncanakan dengan baik, dan dengan dukungan semua pihak, kami dapat merealisasikannya,” kata Direktur Utama BSG, Ade Prima Syarif, dalam keterangan persnya.
“Spanyol memiliki regulasi yang memungkinkan pemain muda dari Indonesia bermain di klub yang mengikuti Liga U-19 Division de Honor Juvenil maupun tim seniornya di La Liga dan Segunda, sehingga anak-anak bisa menambah jam terbang di liga usia muda terbaik di dunia,” ujarnya menambahkan.
Mengutip dari laman resmi klub, Polillas Ceute sebenarnya terdaftar di kompetisi Division de Honor Juvenil de Futbol dengan nama La Gimnastica de Ceuta. Namun pihak klub mengalami krisis dampak dari COVID-19 yang merebak sejak awal tahun ini.
Bisa jadi pergantian nama terjadi karena akuisisi yang dilakukan oleh BSG. Sementara itu, tim senior Polillas Ceuta hanya tampil di Tercera Division yang merupakan strata keempat dalam piramida kompetisi sepakbola di Spanyol.
BSG enggan mengungkap besaran kepemilikan saham setelah keberhasilan mereka mengakuisisi Polillas Ceuta. Namun BSG memastikan bahwa mereka punya saham mayoritas dan punya kuasa penuh untuk mengambil kebijakan.
Kebetulan, akuisis ini juga memastikan perombakan struktur komisaris klub. Hasrul Zain mendapat jabatan strategis sebagai Wakil Presiden klub.
“Kami mendapatkan persentase yang signifikan di awal (akuisisi). Secara bertahap kami akan tambah porsinya. Nilai spesifik belum bisa kami sebut, tapi yang pasti signifikan,” kata Hasrul Zain.
“Jadi secara signifikan di mana kami punya keistimewaan karena pengambilan keputusan ada di kami. Jadi kalau buat pemain (Indonesia) dikirim pun kami yang memegang kuotanya,” tutur Ade Prima menimpali.
Secara geografis, lokasi Kota Ceuta dirasa cocok buat pemain Indonesia secara budaya dan cuaca. Apalagi muslim juga menjadi mayoritas di sana karena lokasinya yang berada di daratan Afrika Utara dan terpisah dari daratan utama Spanyol.
Ceuta merupakan kota dengan status otonomi khusus Spanyol. Meski Spanyol adalah bahasa resmi di sana, namun bahasa Darija Arabic juga lazim digunakan di Ceuta.
Pihak BSG yakin kondisi itu sangat membantu buat para pemain Indonesia untuk berkarier di sana. Jadi pemain tak perlu adaptasi budaya hingga cuaca.
“Di sana banyak tersedia makanan halal karena lokasinya yang berbatasan dengan Maroko. Memang Ceuta ini secara geografis di ujung titik dari daratan Afrika. Tapi sebenarnya masih bagian spanyol dan berbatasan dengan Maroko,” tutur Hasrul Zain.
“Makanya budaya muslimnya banyak menyerap dari Maroko. Tapi kalau dari daratan Spanyol masih dekat dan perjalanan (laut) nggak sampai satu jam.”
“Kotanya memang sekitar 100 ribu penduduk dan sangat hangat orang-orangnya, jadi kalau orang Indonesia nggak akan mengalami adjustment process yang lama dan bisa langsung fokus ke sepakbola. Muslim pun bisa berbaur, salat bisa di masjid dan itu lazim dilakukan di sana,” ucap Hasrul Zain bercerita.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyambut positif hal ini. Ia mengapresiasi niatan anak-anak dalam negeri untuk memajukan sepakbola Indonesia.
“Ini penting sekali ya, investor Indonesia berani akuisisi klub asing. Meski bukan yang pertama kali tetapi ini memungkinkan talenta-talenta muda bisa menggunakan klub itu untuk berlatih mendapatkan pengalaman lebih jauh, apalagi tadi dikatakan BSG merupakan pengambil keputusan,” kata Gatot.
Selain Gatot, Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, juga hadir dalam acara ini. Ia juga mengapresiasi langkah yang diambil oleh BSG.
“Ini hal yang sangat positif, mengapa saya tadi sudah bercerita ini menjadi pintu masuk pemain kita berkiprah di eropa saya pikir ada kuota jadi tidak bisa dipaksa jadi ada kualitas yang akan bermain di sana,” kata Indra Sjafri.
“Ini menjadi kesiapan kami di dalam negeri harus lebih baik, kalau selama ini ada trial itu tingkat errornya tinggi. Tapi kalau dimatangkan di dalam kompetisi memudahkan para talent scouting Eropa memudahkan mencari bakat pemain kita,” ucapnya.