Ini Rekam Jejak Pelatih Baru Timnas Indonesia Luis Milla
“Kita lihat Spanyol berkualitas. Nah, kira-kira seperti itu – PSSI akan berpatokan ke sana,” ujar Edy Rahmayadi, ketua umum PSSI pada akhir tahun 2016 lalu.
Ketika ketua umum federasi sepakbola Indonesia (PSSI) yang baru mewacanakan untuk berkiblat ke Spanyol dalam urusan sepakbola, tampaknya sejauh ini pernyataannya tak bisa dianggap angin lalu saja.
Keseriusan pimpinan baru PSSI tersebut ditunjukkan dengan merekrut Luis Milla Aspas, mantan pelatih tim junior Spanyol yang pernah membela Barcelona dan Real Madrid, sebagai pelatih tim nasional Indonesia.
Sang nahkoda anyar Merah Putih pun telah tiba di Indonesia pekan ini untuk memaparkan presentasi rencananya, dan hari ini secara resmi diumumkan sebagai pelatih baru tim nasional Indonesia. Milla pun akan berperan ganda sebagai pelatih timnas U-23 Indonesia, mengingat agenda timnas tahun ini memang lebih padat di sektor usia tersebut dengan adanya SEA Games 2017.
Keyakinannya tersebut bukan tak berdasar. Menurut Edy, ia menganggap fisik pemain Indonesia sedikit mirip dengan Spanyol dan cara bermainnya juga. Bahkan, ia merencakan untuk menjalankan pelatnas serta uji tanding di Spanyol. Lagi pula menurutnya, jika harus berbicara kualitas sepakbola, maka Spanyol bisa dijadikan acuan.
Ada celotehan bahwa pelatih yang bagus biasanya saat menjadi pemain dulu, ia biasanya seorang gelandang. Kita tak berbicara pelatih di masa yang kelewat lampau, namun jika melihat di La Liga saja, Luis Enrique (Barca), Zinedine Zidane (Madrid), Diego Simeone (Atletico Madrid) bahkan Jorge Sampaoli (Sevilla) semuanya adalah seorang gelandang.
Dan sebagai info saja, Luis Milla ini adalah seorang gelandang yang juga pernah bermain untuk tim nasional Spanyol, Barca dan Real Madrid. Sudahkah boleh kita untuk mulai optimis dengan masa depan timnas kita? Tunggu dulu.
Tumbuh besar di akademi sepakbola milik CD Teruel dan La Masia milik Barcelona, Luis Milla sempat menapaki tangga layaknya pemain La Masia lainnya untuk bermain di Barcelona B sampai akhirnya mendapatkan kesempatan untuk promosi di tim utama Barcelona.
Persaingan ketat di Blaugrana dan terbentur masalah perpanjangan kontrak menjadi alasan utama Milla menyebrang menuju Real Madrid. Bahkan di penghujung karirnya bersama Barcelona, ia tak dicantumkan namanya ke dalam skuat El Barca dalam partai final Copa del Rey. Johan Cruyff yang menjadi pelatih Barca saat itu melihat bahwa sang pemain enggan menerima kondisi tawaran kontrak baru dan masalah keungan klub yang sedang pas-pasan.
Pasca menyebrang ke Los Blancos dan mengabdi selama enam musim, ia mengakhiri kariernya di Valencia pada tahun 2001 lalu. Beberapa gelar bergengsi seperti La Liga, Copa del Rey, Supercopa de Espana, UEFA Cup Winners Cup hingga Intertoto Cup pernah ia rengkuh dalam sepanjang perjalanan karirnya di Barca, Madrid, dan Valencia.
Michel Laudrup, mantan rekan setimnya di Barca dan Madrid yang telah merintis karir kepelatihannya terlebih dahulu, mengangkat dirinya (Milla) untuk menjadi asisten pelatih saat Laudrup menangani Getafe pada musim 2007/08 lalu. Getafe sendiri menjadi finalis Copa del Rey pada musim tersebut dibawah asuhan Ludrup dan Milla.
Menapaki tangga lewat asisten pelatih, akhirnya Milla naik kelas menjadi pelatih tim nasional U-19 dan U-20 Spanyol pada kurun 2008 hingga 2010. Menghasilkan gelar Piala Mediterranian Games, Milla (lagi-lagi) naik kelas menjadi pelatih U-21 dan sukses besar membawa skuat Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 di Denmark.
Alumni dari asuhan Milla tersebut adalah nama-nama beken seperti Juan Mata, Ander Herrera, David De Gea, Thiago Alcantara hingga Javi Martinez.
Sebagai tambahan, Luis Milla ini memang kadung lebih cocok menangani tim nasional ketimbang di level klub jika melihat rekam jejaknya. Sebelum merapat ke Indonesia, ia sempat kandas bersama Lugo dan Real Zaragoza. Ia bahkan di-PHK-kan oleh Zaragoza ketika musim baru memasuki bulan keempat. Sungguh naas.
Saat menangani tim nasional junior Spanyol ia menerapkan sedikit banyak metode tim seniornya dalam bermain dengan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek. Tak mengherankan jika nama-nama pemain yang telah disebutkan di atas kini fasih bermain di level senior karena sudah banyak terbiasa bermain dengan cara yang sama.