Meraih enam gelar Liga China secara beruntun dan merebut dua gelar Liga Champions Asia menjadi awal yang bagus buatĀ klub sepak bola asal China, Guangzhou Evergrande untuk bersaing di kancah dunia.
Berbagai cerita pun bermunculan. Sukses besar klub sepak bola metropolis asal selatan Guangzhou itu mulai dibanding-bandingkan dengan kisah raksasa Eropa, Real Madrid dan Manchester United dalam usahanya mengincar pasar global.
Dengan upaya keras, tim yang didirikan sejak 1954 itu bangkit usai kasus korupsi dan ketidakjelasan manajemen klub. Mereka kemudian merintis jalan baru menjadi kekuatan sepak bola Asia. Hasilnya, Guangzhou merebut gelar Liga Champions AFC pertama untuk China pada 2013 silam dan membuat klub itu mendapat julukan ‘Superklub’ pertama di Asia.
Sukses ituĀ juga yang membuat pengusaha dari Evergrande Real Estate Group, perusahaan properti jutaan dollar China, melirik dan memasukkan beberapa pemain besar ke dalam klub. Termasuk mendatangkan pelatih yang membawa Italia meraih juara dunia pada 2006, Marcello Lippi, untuk menyusun strategi perang di lapangan hijau.
Selain itu, juara dunia lainnya asal Brasil, Luiz Felipe Scolari, juga bergabung pada 2015. Ia membantu tim meraih trofi keduanya di Liga Champions Asia, plus gelar kelima di Liga Super China. Dan pekan kemarin, Guangzhou memastikan gelar liga keenamnya usai bermain imbang 1-1 dengan Yanbian Funde.
Lewat enam gelar di Liga Super China dan reputasi yang konsisten di level Asia, Guangzhou Evergrande mantap memasang target lebih tinggi, yakni menjadi salah satu klub top dunia. Hal itu sekaligus mengubah pola pikir yang selama ini berlaku, yakni klub-klub Eropa yang mengunjungi Asia untuk memperluas basis penggemar mereka.
“Pada tingkat ini, tidak akan terbayangkan ada klub asal China yang melakoni tur Eropa,” sebut Jon Stainer, Direktur Manajer Nielsen Sport untuk Inggris dan Irlandia, kepada AFP.
Seperti moto mereka, ‘Jadilah yang Terbaik Selamanya’, Guangzhou Evergrande menjadikan uang dan tekad kuat sebagai pelajaran berharga tim untuk meraih sukses di Asia. Mereka memenuhinya hanya dalam kurun waktu tiga tahun.
“Moto Guangzhou adalah ‘Jadilah yang Terbaik Selamanya’ dan mereka memiliki sumber daya baik secara finansial dan emosional dari para pemangku kepentingan mereka untuk menjadi bagian dari pasar global industri sepakbola,” kata Gary White, pelatih kepala lapis kedua Shanghai Shenxin.
Terkaya di Dunia
Bagaimana tidak, pada Agustus lalu, Majalah Forbes menyebut nilai keuntungan 282 juta dollar AS milik Guangzhou adalah jumlah yang sebanding dengan beberapa klub top di Eropa yang beberapa di antaranya kini sedang tersentak oleh investor China.
Pemilik Kerajaan belanja Suning, Jiangsu yang juga rival terberat Guangzhou di Liga Super musim ini mengeluarkan kocek sekitar 310 juta dollar untuk membeli 70 persen saham di Inter Milan, Juni 2016.
Pada Maret, kantor berita resmi China Xinhua bahkan menilai Evergrande sebagai klub terkaya di dunia. Klaim itu berdasarkan transaksi saham klub yang tersirat mencapai 3,35 tiliun dollar, lebih tinggi dari yang dimiliki Real Madrid dan Manchester United.
Deretan nama pemain besar dunia membuat Evergrande mampu menghadirkan 45 ribu penonton yang memenuhi Stadion Tianhe yang terletak di tengah-tengah Sungai Pearl, daerah perkotaan terbesar dan paling banyak penduduknya di dunia.
Langkah yang dilakukan Evergrande itu kini telah diikuti beberapa klub lain seperti Jiangsu, Shanghai SIPG, dan Hebei China Fortune. Tak heran jika saat ini Liga Super China disiarkan lebih dari 50 negara di dunia, termasuk Inggris.
“Guangzhou dalam beberapa hal seperti menjadi Real Madrid dari China,” kata Simon Chadwick, profesor bisnis olahraga di Universitas Salford, Inggris.
“Nilai tinggi dari profil tinggi pemain telah menjadi bagian dari besarnya merk klub mereka. Termasuk merangkul fans dari seluruh dunia yang menjadi salah satu elemen sepak bola yang terpenting untuk melanjutkan catatan keberhasilan ke depan.”
“Guangzhou sekarang membangun catatan ini sehingga memiliki potensi untuk menjadi klub yang diakui secara global,” ujar Chadwik.