tipsbetcash.com – Jerman tetaplah Jerman. Meski tak tampil meyakinkan di beberapa laga uji tanding, mereka tetap menunjukkan kualitasnya saat Piala Eropa berlangsung. Dianggap tidak menampilkan permainan yang terbaik, Jerman tetap saja lolos dengan status juara grup.
Jerman memenangi pertandingan pertama melawan Ukraina dengan skor 2-0. Kemudian skuat berjuluk Die Mannschaftditahan imbang Polandia di partai kedua, di mana masih ada jinx bahwa Jerman selalu kesulitan di partai kedua turnamen internasional. Namun di laga terakhir grup, Jerman kembali meraih poin penuh walau dengan kemenangan tipis atas Irlandia utara, 1-0.
Lalu bagaimanakah sebenarnya permainan Jerman di Piala Eropa 2016 sejauh ini? Apakah ada perubahan ketika mereka menjadi juara dunia pada 2014?
Menguasai Lini Tengah
Yang paling mencolok dari Jerman di Piala Eropa edisi kali ini adalah superioritas stok gelandang yang dimiliki oleh skuat asuhan Joachim Loew tersebut. Dari 23 nama yang dipanggil, ada 11 pemain yang masuk dalam kategori gelandang. Enam di antaranya bisa beroperasi sebagai gelandang tengah. Daftar tersebut belum ditambahkan Jonas Hector dan Mats Hummels yang bisa saja bermain sebagai gelandang bertahan.
Jumlah enam pemain tersebut diimplementasikan dengan skema yang kemudian diturunkan ke lapangan. Dengan kuantitas seperti yang sudah disebutkan, Jerman kemudian menerapkan permainan yang sebisa mungkin menguasai lapangan tengah. Karena poros dari permainan sepakbola adalah lini tengah, maka penambahan personel yang dilakukan oleh Jerman adalah upaya untuk menguasai lini tengah.
Selain para pemain yang memang beroperasi di lini tengah seperti Mesut Oezil, Toni Kroos, dan Sami Khedira, bantuan juga datang dari para pemain dari sektor sayap. Bahkan, baik bek kiri maupun bek kanan juga ikut naik membantu agar terciptanya dominasi di lini tengah. Dengan demikian, Jerman bisa lebih leluasa untuk mengalirkan bola dan mengatur tempo permainan.
Umpan-umpan pendek mereka peragakan sepanjang Piala Eropa 2016 ini. Para pemain kreatif di lini tengah pun membuat Jerman tak pernah mendapatkan tekanan berlebih dari lawan. Mereka cenderung bermain nyaman, setidaknya untuk tidak terkalahkan dan tidak kebobolan.
Bermain Tanpa Penyerang
Skema lanjutan dari menguasai lini tengah adalah bermain tanpa pemain berposisi asli sebagai penyerang. Jika sebelumnya memiliki pemain seperti Miroslav Klose, kali ini Jerman mengandalkan penyerang yang biasanya ditempatkan sebagai gelandang.
Formasi Jerman tanpa penyerang ini menjadi sangat mematikan karena akan membuat para pemain di lini depan bisa bergerak bebas dan lebih cair. Ini juga membuat mereka bisa menerima sekaligus mengalirkan bola.
Komposisi lini serang yang selalu dipasang oleh Loew di fase grup adalah Mesut Oezil sebagai “pemain no. 10”, Mario Goetze sebagai penyerang tengah, serta kedua sisi lapangan akan ditempati oleh Thomas Mueller dan Julian Draxler. Dengan gaya permainan dari keempat pemain ini, memungkinkan Jerman untuk terus melakukan perubahan posisi.
Ini menjadi luar biasa karena perubahan akan menjadi sulit diduga. Draxler memang bergerak “sedikit lebih statis” karena hanya akan berpindah dari area penyerangan kiri ke area tengah atau sebaliknya. Akan tetapi Goetze, Mueller, atau Oezil terus berputar dan secara bergantian pola serangan akan berakhir dengan diantara ketiganya berposisi sebagai pemain yang akan mengeksekusi peluang.
Dengan bermain tanpa penyerang tengah natural, ini akan menyulitkan para pemain bertahan lawan. Mereka akan lebih sibuk melakukan penjagaan terhadap daerah mereka (zonal marking) ketimbang melakukan penjagaan perseorangan (man to man marking). Dengan penjagaan daerah maka terbuka peluang untuk salah satu dari pemain di lini serang Jerman akan memanfaatkan celah ketika pengawalan tidak diberikan secara ketat kepada satu individu pemain.
Apalagi Jerman memiliki Thomas Mueller yang sangat cerdas ketika menafsirkan ruang dan celah. Salah satu bukti adalah perubahan gerakan sederhana yang berakhir dengan terciptanya gol kemenangan yang dicetak oleh Mario Gomez.
Fleksibilitas. Itulah yang menjadi kekuatan utama Jerman hingga saat ini. Dengan fleksibilitas ini jugalah yang memudahkan Jerman untuk melakukan transisi permainan dengan cepat. Baik Goetze atau Mueller dengan kecepatannya bisa langsung turun untuk membantu lini belakang menghentikan serangan lawan.
Rencana Cadangan Bernama Mario Gomez
Meskipun fleksibilitas adalah rencana utama yang diusung oleh Loew, ia juga memiliki back-up plan atau rencana cadangan seandainya skema utama yang ia usung gagal menemui hasil yang diharapkan. Dan rencana cadangan tersebut adalah memainkan Mario Gomez.
Baik di babak kualifikasi maupun fase grup, Jerman selalu mengandalkan fleksibilitas mereka. Namun ada kalanya ketika itu tidak berjalan baik dan Loew akan memainkan Gomez seperti di laga terakhir fase grup melawan Irlandia Utara.
Gomez adalah penyerang tengah murni, tak seperti Goetze yang berposisi asli sebagai gelandang. Ia buas, intuisi dan reaksinya cepat ketika berada di kotak penalti. Tinggi tubuhnya yang jangkung juga membuat Gomez menjadi penanduk bola yang hebat. Memainkan Gomez akan berada di posisi yang tepat ketika rekan-rekan lainnya mengalirkan bola ke area penyerangan.
Kelebihan lain memainkan Gomez adalah ia akan berperan sebagai pemantul bola. Ia akan menciptakan ruang bagi rekan-rekannya yang lain. Ketika Gomez menahan bola dengan kekuatan fisiknya dan menyeret lini pertahanan untuk bergerak naik, rekan-rekannya yang lain akan masuk dari lini kedua dan memanfaatkan ruang kosong yang sudah ditinggalkan tersebut.
Sebuah Antitesis
Sejauh ini, skema yang diusung Loew cukup membuat Jerman tampil dominan di setiap laga. Namun bukan berarti tanpa kelemahan. Toh pada akhirnya Jerman tak selalu meraih kemenangan di fase grup.
Seluruh tim lawan Jerman di fase grup sudah memperlihatkan bagaimana cara meredam permainan Jerman. Yang paling sukses tentu Polandia. Robert Lewandowski dan kawan-kawan berhasil menahan imbang Jerman tanpa gol. Polandia meredam Jerman dengan baik.
Cara paling ampuh meredam fleksibilitas yang ditunjukan Jerman adalah dengan bertahan dengan disiplin dan rapat. Yang dilakukan Polandia adalah melakukan pertahanan berlapis di mana lapis pertama yang berisi pemain gelandang bertugas untuk melakukan penjagaan perseorangan mengikuti alur bola serangan Jerman. Sementara lapis kedua bertugas untuk menyapu bola yang masuk ke jantung pertahanan.
Hal ini menyulitkan karena para pemain Jerman terkurung di antara lapis pertahanan Polandia. Para pemain Jerman terjepit dan kesulitan mengembangkan permainan. Karena itulah mereka terpaksa menyerang melalui sisi sayap. Dan setiap kiriman bola dari sisi sayap akan juga sulit menemui sasaran karena para pemain lawan sudah menumpuk banyak pemain di jantung pertahanan yang selalu siap untuk menyapu bola keluar.
Fleksibilitas para pemain Jerman akan membeku ketika bertemu pertahan semodel ini. Mirip ketika benda cair ditempatkan kepada medium yang padat, yang menjadi tidak bisa bergerak bebas.
***
Fleksibilitas yang menjadi senjata Jerman ini memang sangat baik karena memungkinkan mereka punya opsi penyerangan yang lebih banyak. Membuat lini pertahanan lawan kebingungan untuk menentukan jenis penjagaan yang mesti diterapkan menjadi tujuan utama strategi yang diterapkan Jerman.
Namun ini juga seakan menjadi pisau bermata dua. Di sisi lain menguntungkan, di sisi lain juga menyulitkan Jerman. Karena fleksibilitas ini terkadang membuat pemain kreatif seperti Oezil ataupun Draxler justru berada di posisi untuk menyelesaikan peluang, bukan untuk berkontribusi untuk membuat peluang tersebut.
Sederhananya, alih-alih bertugas untuk mengalirkan bola dan membuat peluang, yang di mana hal tersebut merupakan keahlian dari Oezil dan Draxler, keduanya akan lebih banyak menunggu operan seperti halnya penyerang tengah.
Gomez menjadi rencana cadangan Jerman andai fleksibilitas andalan mereka tak berjalan sesuai rencana. Jangan lupakan pula dengan adanya pemain seperti Mats Hummels, Jerome Boateng dan Manuel Neuer yang membuat Jerman memiliki lini pertahanan yang tak mudah ditaklukkan.
Menghadapi Slovakia di babak 16 besar, membuat kans Jerman melenggang ke babak berikutnya terbuka cukup lebar. Hadangan berat baru akan hadir ketika menghadapi pemenang antara Italia dan Spanyol. Kedua Negara tersebut merupakan Negara yang kaya akan taktik. Loew mungkin harus menyiapkan lebih banyak rencana cadangan untuk menghadapi Spanyol atau Italia di babak delapan besar agar bisa melenggang mulus ke babak final.