Manajer Chelsea, Antonio Conte, menggunakan analogi itik buruk rupa dan angsa cantik untuk menggambarkan kiprah timnya.
Istilah itik buruk rupa mengacu rapor merah Chelsea pada Premier League 2015-2016. Mereka gagal mempertahankan gelar juara dan bahkan mengakhiri musim di peringkat kesepuluh.
Hasil minor itu membuat Jose Mourinho terdepak dari kursi manajer pada pertengahan musim. Kehadiran Guus Hiddink sebagai manajer interim tak begitu berpengaruh sehingga manajemen mendaulat Conte sebagai suksesor.
Masuk saat moral tim tengah anjlok pada musim panas 2016, Conte tidak memungkiri bahwa tugasnya sungguh berat.
“Melihat performa Chelsea pada musim sebelumnya, Anda tidak bisa mengubah itik buruk rupa menjadi angsa cantik dalam sekejap,” tutur Conte.
Hasil yang diraih Chelsea pada awal musim menjadi pembenaran terhadap kata-kata Conte. Tim berjulukan The Blues sempat memenangi tiga laga pertama, lalu kembali mengalami krisis hasil.
Mereka menelan kekalahan beruntun dari Liverpool, 16 September 2016, dan Arsenal, 24 September 2016. Namun, dua hasil tersebut menjadi titik balik Chelsea.
Diawali dengan keputusan Conte mengubah formasi 4-1-4-1 menjadi 3-4-3, Chelsea mengalami lonjakan dengan memenangi 16 dari 18 partai terakhir liga.
“Saya sebenarnya memiliki keyakinan buta terhadap apa yang dilakukan. Namun, saya ternyata telah mengambil keputusan penting,” kata Conte.
Kini, frasa angsa cantik pantas disematkan kepada Chelsea. Mereka memuncaki klasemen dengan koleksi 59 poin atau membentangkan jarak sembilan angka dengan pesaing terdekatnya, Tottenham Hotspur.
Hanya, Conte enggan bersikap jemawa mengingat masih ada 14 pertandingan tersisa.
“Anda tidak boleh membicarakan gelar. Lihat saja kami yang sempat kesulitan pada awal musim, lalu berubah drastis. Apa pun bisa terjadi,” ucap pria asal Italia itu.