Menakar Masa Depan Inggris Bersama Sam Allardyce
tipsbetcash.com – Pada suatu waktu di pertengahan musim 2013/14, Jose Mourinho merasa sangat jengkel setelah Chelsea besutannya ditahan imbang 0-0 oleh West Ham United di Stamford Bridge.
“Sangat sulit untuk memainkan sebuah pertandingan sepakbola di mana cuma ada satu tim yang ingin bermain. Ini bukanlah Liga Primer Inggris. Ini bukanlah liga terbaik di dunia. Ini adalah sepakbola dari abad ke-19,” kata Mourinho kala itu.
Bos Chelsea itu pantas dibuat kesal. Maklum, The Blues menguasai 72 persen penguasaan bola dan melepaskan 39 tembakan, namun tidak ada satu pun yang masuk. West Ham menumpuk seluruh pemainnya di belakang bola dan mampu mengamankan gawangnya dari kebobolan sampai peluit panjang berbunyi.
Adalah Sam Allardyce, manajer West Ham ketika itu, yang menjadi terdakwa dari segenap rasa frustrasi Mou dan pasukannya.
Big Sam, begitu ia akrab dipanggil, jelas bukan sosok populer di kalangan penganut mazhab sepakbola menyerang. Namun reputasinya sebagai manajer tim papan tengah ke bawah “tidak perlu diragukan lagi”.
Perputaran nasib ternyata begitu cepat. Dua setengah tahun berselang setelah ejekan Mourinho itu, Allardyce sudah tidak lagi menukangi West Ham, Bolton Wanderers, Sunderland, Newcastle United atau tim-tim medioker lain. Sebaliknya, Big Sam mampu mewujudkan the dream job versinya: bertugas sebagai manajer timnas senior Inggris.
“Menjadi manajer Inggris adalah pekerjaan terbaik di sepakbola Inggris,” kata Allardyce setelah ia diresmikan oleh Federasi Sepakbola Inggris (FA) sebagai suksesor Roy Hodgson pada Jumat (22/7) kemarin.
Allardyce mampu menyingkirkan beberapa kandidat lain seperti Steve Bruce (Hull City), Alan Pardew (Crystal Palace), Jurgen Klinsmann (Amerika Serikat), hingga Arsene Wenger (Arsenal). Seiring penunjukan tersebut, Big Sam juga resmi melepas jabatannya sebagai manajer Sunderland, tim yang ia selamatkan dari zona degradasi di musim lalu.
Sosok top seperti Sir Alex Ferguson, Antonio Conte, dan Mourinho sendiri bahkan sudah menyatakan dukungannya kepada Allardyce. “Ia punya banyak pengalaman di Liga Primer, tapi tak pernah punya kesempatan besar di level tertinggi. Dan sekarang ia punya satu. Saya pikir ia lebih dari siap. Saya berharap yang terbaik untuknya,” tutur Mou, yang kini bertugas di Manchester United.
Tugas pertama Allardyce adalah meloloskan Inggris ke Piala Dunia 2018. Laga perdana bakal terhampar pada 4 September mendatang ketika Inggris menghadapi Slowakia di partai pembuka kualifikasi PD 2018 zona Eropa. Selain Slowakia, Inggris juga tergabung dengan Skotlandia, Slovenia, Lituania, dan Malta di Grup F.
Meski demikian, sebelum Allardyce dan pasukannya memulai petualangannya ke Rusia, keraguan terhadap kapasitas manajer 61 tahun itu sudah merebak subur. Big Sam belum pernah melatih klub top. Ia memang sudah berpengalaman dengan melakoni 467 pertandingan Liga Primer Inggris — terbanyak kedua yang dicatat oleh manajer Inggris setelah Harry Redknapp — tetapi Allardyce sudah keburu dicap sebagai manajer spesialis tim medioker.
Ia mulai melatih sejak 1991 di mana sudah ada tujuh klub yang ditangani secara permanen. Prestasi terbaiknya? Mengantar timnya promosi (tiga kali, masing-masing bersama Notts County, West Ham, dan Bolton) dan membawa Bolton finis peringkat enam Liga Primer 2004/05. Tanpa trofi dan tanpa CV mentereng, bisa apa Big Sam di timnas Inggris?
Beberapa pihak, terutama fans, menganggap Allardyce adalah Hodgson versi 2.0 atau mungkin adalah opsi yang lebih buruk ketimbang pendahulunya itu. Kita semua tahu seperti apa nasib Hodgson. Di tangannya, Inggris tetaplah timnas yang layak dipandang sebelah mata. Euro 2012, Piala Dunia 2014, dan Euro 2016 berlalu begitu saja tanpa ada kesan.
Terlepas dari beberapa hal positif seperti catatan 100 persen kemenangan di kualifikasi Euro 2016 dan berani menyuntikkan darah muda ke dalam skuat, Hodgson kini hanya akan dikenang dalam dua hal: manajer yang membuat Inggris tersingkir secara memalukan dari Islandia di Euro 2016 dan manajer yang membuat seorang topskor Liga Primer Inggris bertugas sebagai pengambil tendangan penjuru.
Di titik ini, Allardyce bisa menjamin satu hal yang lebih baik ketimbang Hodgson, yakni Inggris bakal lebih solid dalam bertahan. Sebagai mantan bek sentral, pengetahuan Allardyce soal seni bertahan bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, Allardyce bisa memastikan kekalahan 2-1 seperti saat melawan Islandia, yang terjadi karena kecerobohan di lini belakang, tidak akan terulang lagi di masa mendatang.
Ia tentu akan mengizinkan para penyerangnya bertindak sesuka hati di lini depan, tapi dengan syarat mereka harus bersedia turun ke belakang. Kolektivitas pertahanan menjadi kata kunci. Mei lalu, Allardyce merasa gemas dengan performa John Stones bersama Everton di sepanjang musim lalu dan berjanji akan mengajari bek belia Inggris itu cara bertahan yang benar. Kesempatan itu akan terwujud tak lama lagi.
Allardyce juga adalah seorang motivator ulung di ruang ganti. Saat jumpa pers, ia berani bicara blak-blakan, mengucapkan bollocks di sana-sini. Saat timnya bertanding, ia akan berdiri di pinggir lapangan, berteriak lantang, dan menyumpahi para pemainnya seperti seorang hooligan mabuk.
Karakteristik Big Sam tersebut akan cocok untuk menaikkan moral para pemain Inggris yang hancur lebur usai Euro 2016. Terlebih, tulang punggung Inggris saat ini adalah para pemain muda yang butuh gemblengan keras oleh manajer kuno seperti Allardyce.
Dua situasi darurat tersebut, pertahanan kacau dan motivasi tim yang sedang merosot, pada akhirnya membuat FA tidak berpikir panjang untuk menunjuk Big Sam. FA tentu paham, penunjukan Allardyce sama sekali tidak akan menggaransi Inggris meraih trofi Piala Dunia maupun Piala Eropa. Butuh keajaiban luar biasa untuk mewujudkan ambisi sebesar itu.
Allardyce barangkali bukan sosok yang pas untuk menangani talenta terbaik Inggris seperti Harry Kane, Jamie Vardy, Eric Dier, Dele Alli, Ross Barkley, atau John Stones. Tapi di tangan Allardyce, masa depan Inggris setidaknya akan terjamin dalam jangka pendek.
Lolos ke Rusia bakal menjadi prestasi bagus bagi Allardyce. Namun untuk seterusnya, Inggris hanya akan menjelma seperti Bolton, West Ham, Sunderland di level internasional. Jadi, jangan terlalu berharap banyak pada Big Sam.