Search

Juara musim lalu berada di zona degradasi, ada apa dengan Leicester?

Leicester City, juara Liga Primer musim lalu, hanya mencatat tiga kali kalah sepanjang musim kompetisi 2015-2016, namun kali ini tim asuhan Claudio Ranieri tersebut sudah tujuh kali kalah di 14 pertandingan.

Saat ini posisi mereka hanya dua poin di atas zona degradasi. Apa yang salah dengan Leicester?

Penyerang Watford, Troy Deeney, mengidentifikasi setidaknya empat faktor yang membuat Leicester tak setangguh musim lalu.

Faktor lapangan tengah

Salah satu perbedaan paling mencolok di tim Leicester sekarang ini adalah mereka tak punya pemain sekelas N’Golo Kante yang pindah ke Chelsea.

“Sekarang jauh lebih mudah menembus sektor tengah dan barisan pertahanan Leicester,” kata Deeney kepada wartawan olahraga BBC, Chris Bevan.

  • Melangkah ke babak 16 besar Liga Champions, Leicester mencatat sejarah
  • Leicester City ‘tak mungkin’ juarai Liga Champion

Musim lalu, tim-tim lawan berhadapan dengan Kante, yang akan langsung bangkit begitu dia kehilangan bola, namun pemain seperti ini tidak ada lagi.

“Kante membuat pemain lawan menjadi terburu-buru dan khawatir karena ia akan selalu bisa menjatuhkan kami. Sekarang, karena Kante sudah tidak ada lagi, penyerang tim-tim lawan bisa sedikit lega dan punya kebebasan untuk menggedor barisan pertahanan Leicester,” jelasnya.

Untuk mengetahui kontribusi Kante, data berikut mungkin bisa memberikan gambaran.

Musim lalu, ia melakukan 175 tekel dan 156 hadangan untuk Leicester. Dibandingkan para pemain lain, Kante adalah pemain yang yang paling aktif merobohkan lawan.

Hingga Desember ini, di klub barunya Chelsea, ia melakukan 44 tekel dan 39 hadangan. Hanya pemain Everton, Idrissa Gueye, yang punya catatan lebih baik dibandingkan Kante.

Tak lagi kaget dengan strategi Leicester

Musim lalu banyak tim yang dikagetkan dengan strategi Leicester melakukan serangan balik, dengan ujung tombak Jamie Vardy.

Musim ini mereka tak melakukan banyak perubahan, masih mengandalkan Vardy dan juga Riyad Mahrez.

“Musim lalu, formasi Leicester kadang mengagetkan dan kalau pun tim lawan melakukan penyesuaian, tetap saja sulit menahannya karena mereka biasanya bermain sangat bagus,” kata Deeney.

“Sekarang, tim-tim lawan sejak awal sudah bisa memperkirakan taktik Leicester dan mencoba menetralkan ancaman dari Vardy,” katanya.

Keberhasilan lawan meredam Vardy bisa dibaca dari statistik bahwa musim lalu ia mencetak 24 gol untuk Leicester, tapi dalam 18 pertandingan di semua turnamen musim ini, hingga awal Desember, tak sekali pun ia mencetak gol.

Semuanya ingin mengalahkan Leicester

Status Leicester sebagai juara Liga Primer membuat banyak tim yang ingin mengalahkan mereka. Lawan akan melakukan apa saja, termasuk dengan menerapkan taktik khusus, seperti yang dilakukan Watford November lalu.

“Itu adalah pertandingan pertama kami sejak kalah 1-6 dari Liverpool. Kami memutuskan untuk bermain sedikit berbeda dengan langsung menggebrak pertahanan Leicester dan ternyata berhasil,” ungkap Deeney.

Hanya dalam waktu 33 detik Watford bisa mencetak gol.

Musim lalu, empat pilar belakang Leicester sangat solid. November lalu, ketika bermain melawan Watford, para pemain Watford mencetak gol melalui serangan balik, ketika para pemain belakang Leicester mencoba untuk menata diri menghadapi gempuran lawan.

Kepungan dari lawan membuat Leicester hanya meraih satu poin dari maksimal 21 angka yang bisa mereka petik musim ini. Mereka enam kali kalah dari tujuh pertandingan tandang.

Pada musim 2015-2016, Leicester menang 11 kali dari 19 pertandingan tandang dan hanya kalah dua kali.

Stabilitas tim

Manajer Ranieri banyak melakukan perubahan komposisi tim pada musim ini karena cedera pemain dan juga karena Leicester harus pula terjun di Liga Champions, yang memaksa Ranieri untuk merotasi tim.

Tim dengan komposisi tetap cenderung bermain lebih bagus dan lebih solid karena setiap pemain tahu dan hapal dengan tugas masing-masing pemain.

Ini yang berhasil dipertahankan oleh Leicester musim lalu karena memiliki tim inti dengan komposisi yang tak banyak mengalami perubahan.

“Mereka membeli beberapa pemain pada pertengahan tahun dan tentunya mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Yang juga harus dicermati di sini adalah, pemain lama akan punya ego lebih besar karena mereka adalah bagian dari tim juara,” kata Deeney.

Ia memperkirakan saat ini sedang dilakukan sejumlah penyesuaian di Leicester.

“Masalah ini sudah pernah disampaikan Ranieri dan ia tahu perlu waktu untuk membuat tim kembali solid,” kata Deeney.




7upcash 7upcash7upcash